Thursday, December 14, 2006

LABOURING LIFE

Lost in a crowd
Screaming in silent voice
Help is a mere word
But for many, it remains a wish


Drowned in sorrows
Gulping in a pool of misery
Reaching for the hands of those
Who could lift spirits up to another degree

Struggles are daily serving
Energy and emotion squeezed for apittance
The limbs of life are crippling
Yet heartless breeds see only pretence


Love that never dries up
From The Owner of all lives
Says never thou give up
On hopes and all things thou wish

Run, walk or even crawl further on
To the peering light sent by The Creator
Sign for His creatures to carry on
Living the life with great honour.


By: Siti Muyasaroh

Tuesday, December 12, 2006

Menjelang Kepulanganku

Dua bulan lagi aku genap dua tahun bekerja di rumah majikanku. Sisa-sia hari yang tinggal enampuluh hari untuk meninggalkan negeri Singa ini ku habiskan dengan riang hati.

Hari-hari belakangan ini hatiku berbunga-bunga karena sebantar lagi aku akan berkumpul dengan ketiga anakku dan suamiku kembali, yeah......! merekalah semangat
hidupku, merakalah harapan hidupku.

Gaji dolar bulananku tiap bulan yang kukirim melalui tangan suamiku adalah digunakan untuk mencukupi kebutuhan ketiga buah hatiku. Dan untuk kebutuhanku sendiri disini aku terpaksa hemat dan puasa dari segala keinginan yang aku inginkan yang beratas nama dengan memakai dolar - semua ini kulakukan demi orang-orang yang tersayang yang kutinggalkan di kampung halaman.

Saat itu panas matahari menyengat kulit kuning langsatku yang mulai tumbuh kedut, dalam cuaca begini aku meneruskan saja kerjaku yaitu memotong daun-daun pohon hias dihalaman depan rumah banglo majikanku, padahal kalau sampai nyonyaku tahu, aku pasti kena marah karena tidak seharusnya pekerjaan ini kulakukan disaat siang bolong yang panas begini. Pekarjaan ini kulakukan karena aku merasa bahagia yang sangat luar
biasa sampai-sampai aku lupa akan panas terik. Sambil memotong daun-daun pohon hias mulutku asyik menyanyi-nyanyi sendiri.

" Postman, Postman, postman...!"
Pekikan suara yang agak keras itu seketika menghentikan nyanyianku dan akupun segera berlari kearah suara itu. Tanpa banyak bicara aku segera melakukan permintaan
seorang laki-laki yang mengantarkan selembar amplop warna putih untukku yaitu menenadatangani selembar kertas tanda bukti surat yang dikirim telah kuterima.

Lalu.... "Thank you!" aku mengucap kata-kata yang artinya terima kasih itu.
Tup-tup-tup.... jantungku mau meletup ketika surat yang habis kubaca isinya adalah surat pemberitahuan dari suamiku bahwa dia telah menikah lagi satu minggu
yang lalu dengan seorang janda sekampungku.

Dan seketika itu juga kujatuhkan sekujur tubuh lemasku diatas rumput hijau dibawah pijarnya terik mentari. Lalu... dalam fikiranku, aku memutar kata-kata yang
pernah dilontarkan oleh kedua anak perempuanku ditelpon setahun yang lalu dan tidak kugubris sama sekali itu, bahwa selama ini hasil keringatku telah dihabiskan oleh bapaknya untuk digunakan berfoya-foya sendiri dan bukannya seperti sangkaanku yaitu
digunakan untuk membahagiakan anak-anakku.

Akhirnya aku pasrah dengan nasib dan bertekad untuk menyambung kontrak kerjaku lagi. Kali ini aku bersumpah dalam hati bahwa untuk urusan kirim-mengirim uang aku harus lebih berhati-hati agar uang hasil keringatku tidak digunakan untuk keperluan yang
sia-sia saja.

'Nasi sudah menjadi bubur!' biarkanlah suamiku kawin lagi asalkan anak-anakku dan aku yang di Singapura ini happy. Kepulanganku yang kurang dua bulan lagi itu adalah
sebuah hadiah untuk ketiga anakku saja.


Salam : Muzali
P.S : Mbak Lia dan Bu Hany maaf....! ini cerpen
coretan saya.
Terimakasih

Tuesday, October 03, 2006

Perpisahan Dengan Yang Tersayang

-- Cerpen --

Aku menatap tepat kearah kedua wajah anak kecilku yang
sedang mematung didepan tubuhku. Mereka sangat
kelihatan lucu-lucu, namun herannya kelucuan itu
disambut oleh deraian air mata yang mengalir
terus-menerus dari kelopak kedua biji mataku yang tak
kunjung henti.

"Ya Allah.....!" Aku membisik dalam hati memanggil
nama Tuhan agar diberi kekuatan untuk berdiri didapan
kedua anak kembarku yang kini genap berusia lima tahun
itu.

"Ibu...! Kenapa Ibu ingin Ke Singapura?" Tanya Nony
seorang anak kembarku sambil merengek-rengek seolah
tidak mengizinkan kepergianku.

Ku bungkukkan tubuhku sebaik saja aku mendengar
kata-katanya itu, lalu secepatnya kupeluk dan kudekap
bersama-sama tubuh sepasang anak kembarku.

"Ibu mau mencari uang nak!" jawabku dengan suara yang
terisak-isak kesedihan.

" Nanti kalau Ibu di Singapura siapa yang jaga Nony
dan Nany?" tanya mereka berdua secara serentak seolah
pertanyaan itu sudah direncanakan oleh mereka terlebih
dahulu.

" Nenek kan ada." Jawabku singkat dan tidak ingin
menambahkan kata-kata apa lagi.

Lalu.... tiba-tiba saja fikiranku melayang ke arah
Syamsul, mantan suamiku yang telah menceraikan aku
satu bulan yang lalu. Oh tidak....! Bukan Syam yang
menceraiakan aku, tetapi aku yang minta diceraiakan.

Kalau saja saat ini Syam masih menjadi suamiku, tidak
mungkin aku akan mengalami kesedihan yang luar biasa
seperti sekarang ini, yaitu kesedihan untuk berpisah
dengan darah dagingku yang sangat aku sayangi.

Syam bukannya seorang pengangguran yang tidak punya
pekerjaan, tetapi Syam adalah seorang suami yang bisa
mencukupi kebutuhan hidupku dan anak-anakku selama aku
menjadi istrinya. Syam memang seorang suami yang
bertanggung jawab dari segi nafkah. Tapi..... dia
penipu! Dia telah menipu aku dan aku tidak akan
memaafkannya.

Diam-diam dibelakangku dan tanpa sepengetahuanku, Syam
telah menikah lagi dengan seorang teman SMA ku, Shanti
- seorang janda kaya yang berpenampilan persis bintang
sinetron itu dan bahkan mereka kini sudah punya
seorang cahaya mata berumur 2 bulan.

Toko pracangan yang laris di Jalan Merdeka itu kini
bukan lagi milikku, tapi itu milik Shanti. Mobil- colt
Toyota warna abu-abu yang dipakai Syam untuk mencari
muatan penumpang itu juga bukan milikku, itu milik
Shanti. Hanya Nony dan Nany lah milikku, sebuah
pemberian yang sangat berharga dari Syam.

"Ibu....bapak datang!" jerit Nany yang masih berada
dipelukanku dan suaranya itu membuyarkan lamunanku.

" Iya Bu, itu bapak ada diluar mau menuju kemari!"
tambah Nony sambil melepasakan lingkaran tanganku yang
sedang memeluk tubuhnya lalu secepatnya kedua anak
kembarku mengejar tempat dimana bapak mereka berada.

Tanpa membuang kesempatan, akhirnya aku mengangkat tas
parasit warna hitam garis-garis merah yang berisi
baju-bajuku lalu kutinggalkan rumahku dan segunung
kenangan pahit dan manis yang telah aku kecapi dan
menuju ke penampungan.

Dalam bus yang mengantarkanku ke penampungan, aku
berdoa semoga aku cepat diberangkatkan ke Singapura
dan di Singapura nanti aku mendapatkan majikan yang
baik hati, agar cita-citaku untuk membahagiakan
anak-anakku dikabulkan dan menjadi kenyataan.

Syam adalah Syam. Walau aku telah membencinya tetapi
aku tidak bisa menjauhkannya dari anak-anakku, karena
anak-anakku adalah darah dagingnya juga.'Air di
cincang takkan putus'.

Oleh: Muzali


P.S: Buat Mbak Lia dan Mbak Hany, ini cerpen saya
untuk Blog buat mereka.

terimakasih


Salam
muzali

Ulang Tahun

Photobucket - Video and Image Hosting
Pertemuan di hari Minggu pertama dan ketiga di KBRI Singapura tidak melulu diisi dengan belajar dan belajar. Sesekali satu atau beberapa di antara mbak-mbak ini datang dengan membawa kue ulang tahun. Mereka lalu bernyanyi bersama, memberikan selamat, dan mengepung kue ultah itu. Perayaan selalu diakhiri dengan berfoto bersama.

Monday, September 18, 2006

Kelas Minggu 17 September 2006: KBRI



Kelas yang berlangsung adalah kelas ujian, diikuti 10 orang, kelas umum yang didampingi oleh Anita Utami, dan kelas lanjutan oleh Lia Yaniarti.

Foto berikut adalah suasana ujian dan para pemenang lomba mengarang dalam rangka peringatan hari kemerdekaan RI: Muzali, Siti Muyasaroh [tidak hadir], Kuswati, Novita Rahayu, dan Nurul [belum hadir].




Saturday, September 16, 2006

"The Petals' Story"

Rose petals falling on the ground
Drapped in dirt, only to be stepped
upon
Now what can they rely on
When beauty has faded almost gone

Rain can no longer give them life
But helping the ground swallows
deeper inside
Burying what's left in hope and belief
And their pieces of
will to live

Whom can be blamed, really?
Wind, rain or even the
tree?
Too much of a burden it's to carry
Living in the world of cruelty

The Most Compassionate is The Maker
Sending Angels as appointed
caretakers
Saving the grace from falling further
Of the beauty to last
forever.


By : Siti Muyasaroh

Saturday, September 09, 2006

Kabar Terbaru


Pemenang dari lomba menulis lalu sudah diputuskan. Minggu depan nama-namanya akan diumumkan di kelas yang biasa diadakan di KBRI.
Foto di samping adalah suasana kelas di KBRI. Lia sedang mendampingi kelas Basic/ General.

Friday, August 18, 2006

MY MOST BELOVED INDONESIA

Siti Muyasaroh
P2065824


Memories never leave from within me
Years have passed without seeing me

Moments of joy are missed the most
Occupy the mind, guiding heart not to be lost
Sound of waves, kissing the echanting shores
To great souls who love to explore

Beyond words, describing thy richness
Exceeds people's needs, sun dry even countless
lavish in wealth, layers the earth
Offering all creatures, a paradise of the world

Vanguished years of battering occupation
Enticed the souls, hungry for freedom
Discarded sorrows clouding the nation
Carved a name for a great freedom

Obtained glory through wars and fights
Undying hope for a future so bright
Nightmares blanketing the long nights
Torn apart to reveal the shining lights

Red and white will continue to roar and fly high
Yoke spirit to uphold the nation's pride
Indonesia oh Indonesia
Never let anything smudge thy aura

Deny not that now you are bleeding
Over senseless deeds and ceaseless fightings
Now that even mother nature is crying
Enthralling beauty withers almost dying

So.. sing aloud the courage to heal the pains
Indonesia, We'll stay unite and keep ourselves sane
Assured devotion for love of the country will remain.

Wednesday, August 16, 2006

Cita-citaku Bila Kembali ke Indonesia

oleh Nurul Syamsyiati

Satu tahun lima bulan sudah, aku bekerja di Singapura. Rasanya bagai mimpi, mimpi yang indah, tetapi akhirnya aku terbangun dan menangis. Ini adalah garis yang Tuhan peruntukkan kepadaku. Rasanya bagai mimpi, mimpi yang indah, tetapi akhirnya aku terbangun dan menangis. Ini adalah garis yang Tuhan peruntukkan kepadaku. Rasanya baru kemarin, aku bangun kesiangan dan, sampai ke sekolah pasti disuruh joging keliling lapangan. Tahun 2004 bulan Juni, aku dinyatakan lulus dari SMUN 1 Geger (SMU terbaik di Kab. Madiun, Jawa Timur).

Masih teringat jelas dibenakku, perjuanganku mencoba mengikuti test UMPTN di Semarang. Memang Tuhan berkehendak lain. Akupun mencoba lagi mengikuti test di Universitas Swasta di Semarang. Tuhan masih berkehendak lain, mungkin juga karena orang tua tidak meridhoi. Masuk test di UNMUH Semarang fakultas keperawatan dengan nilai yang diatas rata-rata. aku takut kalau aku jadi kuliah di Semarang orang tua tak mampu membantu. Akhirnya aku putuskan, mungkin aku harus pasrah. Pulang ke Madiun dengan membawa muka yang malu. Suatu ketika seseorang mengantarku kesebuah tempat yang menakutkan. Sekali aku masuk PT penyaluran PJTKI keluar negeri, maju adalah samudra dan mundurpun adalah jurang.

Kuputuskan maju terus, aku tak mau mati konyol kalau mencoba mundur. Berkeinginan pergi ke Hongkong, yaah nasib belum bepihak, peraturan baru keluar. Jadi, tidak ada pilihan, Singapura negara kecil yang katanya indah dan maju. Syukur aku pada Tuhan, diberikan cita-cita yang setinggi langit, hanya itu yang ada dalam benakku saat itu. "Wuaah indah", menakjubkan banyak gedung-gedung tinggi. Maklum dasar orang udik dari desa yang baru menginjak tanah dinegeri kecil yang maju. Pengalaman pertama naik pesawat terbang, aku mungkin orang yang beruntung, dibanding temen-temenku yang lagi pada kuliah. Dengan semua yang terjadi, syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan YME. Seperti keluar dari mimpi buruk, keluar dari PT yang menakutkan.

Duduk aku didepan sebuah kantor agent didalam sebuah mall, setelah seharian berkeliling Singapore, mengikuti "Akung tua" yang sibuk dengan bisnisnya masalah TKW. "Inikah Singapura?" dalam pikiranku saat itu. "Tidak semua orang benar, cerita-cerita yang aku dengar sebelumnya. Kata orang sangat-sangat bersih. Inilah yang jadi pertanyaanku saat ini. Sama saja seperti Jakarta. "Halo Hai ow are you? Say hallo to cece" My employer yang cantik sekali. Kaget setengah mati,"Yes, yes Hallo madam, Hallo sweety what is your name:. Sombong banget aku waktu itu, mencoba kayak pandai bicara Inggris. "Mungkinkah majikanku?" akhirnya aku dipanggil masuk kantor oleh Agent. Mimpi, mimpi disore hari, nasibku berubah 100%. Pergi kemana-mana naik mobil. Perubahan yang cepat dulunya saja masih naik dokar. Sekarang naik bus saja tidak boleh, syukur aku kepada Tuhan. Akhirnya terbangun juga aku dari mimpi, tujuh bulan lagi finish kotakku. Sudah ada tekat yang bulat hanya 2 tahun saja, cukup untukku bekerja di sini. Semoga yang lain berkesempatan seperti aku. Bagi yang masih berjuang untuk bisa pergi ke Singapura.

Malam-malamku adalah renungan-renungan dan doa-doaku. Didalam malam yang gelap dan sunyi, di dalam kamar, aku berdoa pada Tuhan. Berikanlah petunjuk kepadaku Tuhan, untuk menyongsong masa depanku. Banyak hal yang ada dalam benakku. Syukur kepada Tuhan, aku dibeir keinginan bercita-cita setinggi bintang di atas sana. Aku masih berkeinginan melanjutkan study. Sekarang usiaku 21 tahun, jadi sudah lumayan tua, kalau melanjutkan study lagi. Aku tekadkan hatiku untuk berani, tidak ada kata tua dalam menuntut ilmu. Kalau pulang nanti, aku mempunyai cukup waktu untuk mempersiapkan test UMPTN lagi, ditahun 2007 mendatang.

Sejak kecil aku bercita-cita menjadi seorang medis. Berharap bisa menjadi seorng dokter. Aku tak kan pernah menyerah tuk meraih cita-citaku. Mungkin kalau Tuhan menentukan lain, baru aku pasrah. Tapi aku yakin, Tuhan adalah seperti, apa prasangka hambanya. Aku tahu perlu pengorbanan baja, tuk meraih cita-citaku ini.

Menimbang segala hal, kemungkinan yang ada, aku takutkan soal biaya. Dari hasil 2 tahun bekerja di sini, aku tahu belum tentu cukup. Aku terus berdoa, dan merenungi segala segalanya. Syukur Alhamdulillah Tuha, kau berikan kelebihan kepadaku. Mungkin aku mempunyai kemampuan yang berbeda jauh dari kakak-kakakku dan teman-teman sepermainan dirumah. Dulu waktu sekolah seangkatan denganku tidak bisa masuk ke SMU favorite, hanya aku yang bisa. Syukur sejak SD aku selalu mendapatkan beasiswa untuk sekolah.

Aku berniat membuka usaha setelah pulang Singapura. Dalam benakku, kenapa tak kukembangkan bakatku? Aku berniat dengan hasil uang gajiku bekerja di Singapura, yang pas-pasan saja ini, aku akan membuka usaha garment kecil-kecilan alias buka usaha jahit pakaian. Ini adalah dunia yang aku jeburi semenjak SMU, disamping belajar disekolah. Aku usaha sambilan, lumayan ada saja tetanggaku yang menyuruhku buatin pakaian.

Waktu itu lumayan juga buat hasilnya buat tambahan uang sekolah yang semakin meninggi, juga harga buku-bukunya. Syukur sampai saat ini aku bisa lulus dari SMU. Karena hanya pas-pasan saja dan aku masih belum memikir segalanya dengan matang, bodoh aku waktu itu tanpa pikir panjang, begitulah jadinya. Tapi aku tak akan menyesali belarut-larut segala yang telah terjadi.


Bekerja di Singapura memaksaku untuk dewasa secara tiba-tiba. Aku tahu orang tuaku hanya seorang petani yang belum mempunyai sawah, bapak sambilan sebagai pekerja bawahan di sebuah pabrik gula dekat rumahku, yang kerja hanya kalau pabrik lagi poduksi, sekitar 4 bulan dalam satu tahun. Mamak hanya seorang pedagang kecil-kecilan di pasar. Aku terus berpikir, jangan membebani orang tua terus. Aku terus merenungi nasibku, akankah aku akan terus begini? Hatiku berontak "tidak! cepat pulang ke desa dan keluarga juga negara membutuhkanku."

Selain buka usaha jahitan pakaian, aku punya banyak keinginan, yang ingin aku wujudkan setelah pulang. Aku ingin membuka sebuah toko, yaitu toko yangmenjual bunga. Aku akan membuka usaha bersama kakakku yang ke-dua. Aku akan mengajaknya dan mengajarinya semua hal.

Kasihan, kakakku no. 2, orang selalu bilang keterbelakangan mental, sebenarnya bukan begitu. Aku akan tunjukkan kesemua orang bahwa kakakku tak seperti yang mereka sangka, hanya sedikit kurang pandai. Kalau belajar pasti bisa, aku yakin akan hal itu. Aku bertekad untuk mengajarinya semua hal yang aku bisa. Semoga Tuhan mendengar doaku, aku bisa meraih cita-citaku.

Monday, August 14, 2006

Aku dan Dua Orang Temanku

oleh Muzali

Hujan gerimis mulai mengguyur, seketika itu juga kami
yang sedang asyik menikmati suasana 'off-day' di
Botanical Garden lari bertempiaran mencari tempat
untuk berteduh.

Aku,Wati dan Tina secara tidak sengaja menemukan
pohon beringin yang rindang,tanpa membuang waktu,
akhirnya kami memutuskan untuk berteduh dibawah pohon
beringin itu .

Pohon beringin itu besar sekali dan daunnya amat
rindang, apalagi akar-akarnya bergelantungan yang
secara tidak langsung bisa menepis air hujan
sekirannya angin menghebus kearah kami.
Diam-diam aku memperhatikan Wati, seorang temanku yang
baru kukenal dua minggu lalu di depan MRT Orchard. Dia
berasal dari Malang, Jawa Timur dan bekerja disini
hampir 1 tahun tepatnya pada sebuah keluarga Expatriat
Perancis.

Dari tadi pagi, Wati kuperhatikan sudah tak
bersemangat, tidak seperti saat pertama kali bertemu
aku, entah apa yang membuatnya dia begitu, akupun
tidak tahu.

Padahal aku juga telah mencoba melontarkan gurauan
kepada kami bertiga untuk menghidupkan suasana, namun
yang ketawa hanyalah Tina dan aku saja.
Angin berhembus makin lama makin kencang begitu juga
dengan hujan yang makin lama makin deras dan tidak
dapat dipungkiri lagi, akhirnya kami bertigapun
kebasahan walau hanya sebagian dari pakaian yang
membalut ditubuh kami.

Aku mencoba bertanya kepada Wati tentang gerangan yang
membuat dia tidak bersemangat.
" Kamu dari tadi pagi sepertinya loyo kuperhatikan?"
tanyaku padanya secara jujur.
" Iya Muz, gimana tidak loyo. Aku disini baru mau satu
tahun tapi suamiku yang kutinggalkan sudah nyari
pengganti, bunting lagi tuh wanita simpanannya." luah
Wati dengan dibarengi emosi.
" Ya udah, kalau begitu kamu tidak usah sedih, wong
suamimu saja happy masak kamu sedih." sela Tina yang
duduk bersebelahan denganku.
" Tapi... tadi malam aku sudah bilang kepadanya,
menyuruhnya untuk segera menikahi wanita itu dan
nanti, jika aku sudah pulang, urusan perceraian kami
akan diselesaikan. Soal dua anak kami untuk saat ini
orang tuaku yang menjaganya.
" Yang membuatku loyo.... bukan karena takut
kehilangan suamiku, tetapi anak bungsuku kini sakit
demam berdarah dan sedang dirawat di rumah sakit.

" Aku hanya punya satu tekad, yaitu ingin
membahagiakan anak-anakku saja dan mudah-mudahan
dengan aku bekerja disini masa depan mereka akan
benar-benar cerah ."

" Sama Ti, akupun juga begitu, yang ada difikiranku
hanyalah anak dan anak ." tambah Tina yang sudah
menjada selama sepuluh tahun.

Akhirnya kami bertiga terlena dalam obrolan yang
panjang lebar khususnya soal urusan rumah-tangga

Aku paling banyak diam sepanjang obrolan tadi,
karena aku merasa belum punya sesuatu untuk di
'sharingkan', mengingat aku belum pernah merasakan
alam rumah tangga.

Setelah pembicaraan itu berakhir, kuperhatikan Wati
sudah mulai tersenyum lagi seolah beban yang
menjeratnya telah terkurangi dan memang kusadari bahwa
kami yang hidup di rantauan yang jauh dari sanak
sauadara di tanah air, sangat memerlukan dukungan
dari masing-masing kawan, lebih-lebih kawan yang
senasib agar tidak merasa kesepian.Yang kadang kala
akibat kesepian itu diantara kami ada yang sanggup
berbuat sesuatau yang tidak diingini.

Rumah Banglo

Sudah seminggu majikanku pindah ke sebuah rumah banglo barunya dikawasan Bukit Timah. Kawasan ini terkenal kawasan yang paling mewah serta mahal di Singapura.

Mungkin majikanku kini bertambah senang hatinya karena dari kondonya yang serba sempit, kini menghuni rumah yang lebih luas bahkan sangat luas menurutku.

Pindah kerumah banglo bukannya malah menyenagkan aku, akan tetapi malah menyusahkan aku. Lihat saja! pekerjaanku kini berlipat ganda. Dulu aku hanya mengurus dua toilet, tetapi kini
lima toilet sekaligus ditambah sebuah kolam renang.Toilet-toilet ini kucuci semua seminggu
dua kali, belum lagi dengan pekerjaan rutinku seperti memasak, mengepel, menyeterika dan juga menjaga Ibu Mister Low yang lanjut usia, tapi aku bersyukur karena ibunya tidak begitu cerewet dan mudah untuk kujaga.

Kemarin aku mengadu kepada majikanku, Mister Low bahwa ' aku tidak tahan dengan pekerjaanku yang beratambah banyak dan jika tidak keberatan aku memohonnya untuk
mencarikan seorang teman PLRT agar tugasku bertambah ringan, akhirnya Tuan Low bersetuju dan Hari Minggu depan PLRT baru itu akan datang'.

Hari yang kunanti-nantikan telahpun datang. Aku dan Madam Loh yang berkerusi roda berada di ruang tamu menunggu kedatangan PLRT barunya yang sedang dijemput Mister Low dari Agensy. Tak lama kemudian Mercedez warna perak melaung-langkan suaranya seolah
memanggilku untuk membukakan pintu pagar.Dan aku segera lari kearah pagar besi depan,
kutinggalakn madam Loh sendirian.

Ternyata Mister Low mengambil PLRT dari Sri Lanka untuk menolong tugasku dan aku diserahi tugas untuk mengajari PLRT baru itu sambil memberi arahan akan tugas-tugasnya .

Awalnya memang ada kendala, sama sepertiku waktu pertama kali bekerja di sini terutama kendala soal bahasa, namun lama-lama hal ini bisa diatasi Karena bahasa, pernah dia salah faham dengan tugas yang dijalankan dan karena kegigihanku untuk mengajarinya akhirnya dia faham dengan Bahasa Inggris.

Kini aku lebih senang bekerja dirumah banglow, selain punya teman baru yang seperti saudara sendiri, Mister Low juga menaikan gajiku.


Salam
Muzali

Singapura, Sebuah Negara Magnet

Sebuah negara magnet yang terletak di kawasan Asia Tenggara adalah Singapura. Negara ini dijuluki sebuah negara magnet karena memiliki daya tarik yang luar biasa kepada negara-negara lain di seluruh dunia.

Walau hanya kelihatan seperti sebuah titik merah dalam peta, namun negara ini termasuk negara terunggul di Asia, sekelas dengan negara Jepang, Korea Selatan, Hongkong dan Taiwan dalam bidang kemajuan ekonomi dan juga teknologi.

Berjuta-juta wisatawan manca negara membanjiri Singapura setiap tahunnya, tak ketinggalan juga wisatawan dari Indonesia . Bahkan selama bertahun-tahun wisatawan Indonesia mempertahankan kedudukan rangking nomor satunya sebagai wisatawan terbanyak mengunjungi Singapura yang kemudian disusul oleh wisatawan dari China, Jepang dan Malaysia.

Selain itu juga, Singapura merupakan tempat terbaik dan bertaraf dunia di bidang pendidikan dan pengobatan. Ini dibuktikan dengan banyaknya pelajar asing dan pasien asing yang membanjiri negara ini setiap tahunnya.

Kita juga bisa melihat betapa megahnya Univesitas-Universitasnya seperti Univesitas National
SIngapura (NUS), Nanyang Technological University (NTU) dan juga Singapore Management University (SMU). Begitu juga dengan rumah sakit-rumah sakitnya yang serba canggih dan modern.


Semua ini tidak dapat tercapai sekiranya warga Singapura tidak bekerja keras dan berdisiplin.

Negara ini memang benar-benar mengagumkan dan bisa dijadikan contoh buat negara Indonesia agar nantinya Indonesia juga sama-sama maju kedepan sebaris dengan
Singapura dan lebih-lebih lagi Indonesia bisa menjadi sebuah negara magnet.

Jika ini bisa terbukti, tentunya pengangguran di Indonesia juga akan terkurangi jumlahnya.


Salam
Muzaliah Suradi

Monday, August 07, 2006

A Memorable Experience

by Kuswati S.

7 years ago. 10th June 1999 it was my first flight to Singapore. Early in the morning 3 of my friends and I went to the Juanda airport accompanied by one of the female agency's staff called Vera. We were from the same agency in Surabaya. The agency provided us jacket and small luggage with the agency's name printed on it, so that the agency in Singapore will recognize us. After everything was done Vera went back to the office and we waited for our flight. I felt something was not right. I opened my passport, to my surprise..... it was not my passport. It's belong to my friend who are still at the agency.

I was very panic and nervous. I told the airport's staff and asked their permission to call my agency. It was very urgent. So they allowed me to use the telephone. I called my agency and told them about what was happened. They told me to wait at the office. Soon after, they arrived and comforted me to calm down. They told me that everything should be allright. My flight has been cancelled. So I took the next flight.

Soon after, it was time for me to flight. Vera told me to take care, & we said good bye to each other. It was about an hour journey to jakarta. After I arrived at Sukarno-Hatta airport. I run as fast as I could. Because it wasn't much time left fot the next flight to Singapore. My friends who were at the early flight waited for me inside the plane cried for joy to see me again without any worries. I was so happy to be with them again. In the end we flight together to Singapore. We chatted along the journey to Singapore.

It was the most memorable experience that I won't never ever forget. Those lesson thaught me to always careful and remember to check everything before I go out, to make sure that whatever I need has been prepared.

Why Did I Come to Singapore

Hei, my name is Dumiyati. Not much word to tell you, why I come to Singapore?

I just want to earn bit more money, because I want to sent my younger sister to get higher education more than us her brother/ sisters.

I want my family life better than before and I want to make them happy. Doesn't matter if I have to hard working. I choose Spore to work, because not to far from my town. I am from Jakarta.

Many-many years I stay in Spore work for 1 employer. They very kind, generous and warm family and they treat me like own family.

I always thanks to GOD for that and for, everything... [my duty is to do all the house work].

I take care of my employer parent. Not much work... thats way I have alot time to help my friend if they need me and my help, I like to listen they problem and give to them some advice it they need.

I like and happy stay with my employer, because they never say "can not" if I do my social activity I always do for blood donation and sometime I visit old peoples in old fox for old sick people and I be come volunteer.

I just want my life more better than before. I like stay in Spore but miss my Jakarta.


I Love My Country

Jakarta,
I miss you very much
alot of memory about you
Sweet and bitter in my life
all happen in Jakarta
I born and grow up in Jakarta
and I hope I will die in Jakarta also
I love you my country...
"Bhinneka Tunggal Ika"
Country of thousand islands
Islands of thousand culture
Many religion and race
But we can stay together
Live in peace...
GOD,
Please... save my country

Dirgahayu Indonesia '61st
from Dumiyati

Sunday, August 06, 2006

Why Did I Come to Singapore

There are so many reason that I come to Singapore. The first reason is I want to earn more money to support my family. My father is a farmer and my mother sell things in the market. I have two brothers still in school and one sister in university. My parents do not have enough money to help them. There for I must work hard to support them.

Secondly, working in Singapore I can also save more money to buy some land and house. I do not want to be maid forever. I want to improve my life in Indonesia. When I go back to Indonesia I wish to open a shop.

My third reason is, I can also improve my English in Singapore. I can learn English from my employer and from embassy.

Lastly, I can experience new things in Singapore. I can make new friends. I can eat different food.

WIDYANI

Why Did I Come to Singapore

Why I am working in Singapore? Actually many reasons to answer this question. Last time after secondary school actually I want continue go to high schools, but my parents do not allow. It’s because got not enough money. After that I take a courses to sew for one year. After get the sertificat I am going to Jakarta for two years. Working in Jakarta is not enough money and I go home.

A few months at home I am free and so boring then not money for buy this and that. One day I am thinking my self, may be if I go to Singapore my future will be better. After I am really want to go, I ask my mother and father, they are said “allright”. They are give me some message to always be careful and take care my self. I say yes, so I am very happy.

Before go to Singapore I am stay for 1 month in training centre. There’s I am learning English everyday and practis general house works. I am really happy when I am heard I got job in Singapore. So in July 24 I flew to Singapore. I am very exited I can see Singapore and I saw the high building. It’s very different from Indonesia.

Now I am three years in Singapore already. I got a lot of experience here. Singapore is very metropolis and live many rases and they are living in harmony. Singapore is cleanest country in the world. It is good to know in Singapore every single product galal got label halal, so every moeslem do not to worry about the food. The food that all is very delicious and nyummy. Now I can cook Chinese food and malay food. I like cook curry, because I am love spicy.

SANEM

Amazing Experience

About two years ago my employer brought me holiday to Malaysia for 4 days and 4 nights. We are go to two places. They are go to Cameron Highland and Kuala Lumpur. We traveling by bus to reach there.

In Cameron Highland the first one we are visited. In here is very cold because the place is very high from seawater and the air is very fresh and natural. About 200 m surrounding the hotels is hills and tropical forest. The low land is vegetables farm. We can saw many kinds of vegetables such as broccoli, tomatoes, cabbages, cauliflower etc.

Side the land of vegetables farm is tea plantation. We are can see the tea plan closely. The guide tell us how to process tea from fresh tea leaf become dried tea and also tell how to take care the tea plant.

We are also went to cactus center and roses centre. I like rose centre because I can see so many different colours of rose. Next one visit to the best place is strawberry farm. I love it because the first one I saw the strawberry plant, the flowers and the baby strawberry. There are also got small shop selling the fresh strawberry and dried strawberry with cheaper price than market. In the evening we are went to restaurant for dinner and then go back to the hotel.

The next day visit to butterfly park and honey farms. We also can try small cup of honey. Many visitor buy honey to bring back home. There also have small market selling the different local product such as handcraf, souvenirs, fresh vegetables, local fruits, life plant as cactus plant, and many more.

Another 2 days and 2 night in Kuala Lumpur. Distance Cameron Highland and Kuala Lumpur is very far about four hours by bus. After rest in hotel in Jln. Bukit Bintang, we went to playland. After get the tickets we are playing the train in dark cave, crazy bumble bees, and many more.

The second day visit to Kuala Lumpur Science Centre (KLCC). We can see many kind of engines and traditional malay costum. After that we are went to Kuala Lumpur twin towers. After get the tickets we are going up use lift to the bridge. Along the bridge we can see panorama city of Kuala Lumpur. We are also take a few foto. After two days and two nights in Kuala Lumpur, in the morning we are prepare to go back to Singapore.

I think this wonderful experience for me because if I never go to work in Singapore, I don’t think so I can get good experience like this. And I will brought this experience to Indonesia, then I will tell my family what I got it.

Not only that, I also go to Johor Baru two times. I like traveling, because I can get more knowledge about other country.

SANEM

Cita-citaku Bila Kembali ke Indonesia

Di suatu saat bila impian sudah tercapai, seorang gadis telah berkhayal dan bermimpi. Kelak si gadis pulang ke tanah airnya sendiri, yaitu tanah air Indonesia. Ia bercita-cita membahagiakan kedua orang tuanya. Hari demi hari si gadis itu bekerja dengan semangat tanpa mengenal lelah. Cobaan dan rintangan dia lalui dengan sabar walau itu sangatlah berat.

Tapi malangnya nasib si gadis itu. Suatu saat si gadis mendengar berita kalau keluarganya, yaitu ayah dan ibunya telah bercerai dan si gadis pun mempunyai 1 adik laki-laki yang disayanginya tapi sayang telah dibawa oleh ayahnya.

Dan si gadis pun tidak pernah mendengar berita tentang keluarganya lagi. Tetapi si gadis berusaha dan berusaha tuk mencari tahu tentang keluarganya tanpa putus asa! Si gadis pun selalu berdo’a meminta petunjuk kepada Allah SWT.

Akhir kata, ada teman ibunya yang sangat menyayangi si gadis memberi tahu kalau ibunya pergi ke negri orang yaitu Arab Saudi. Dengan terkejut si gadis tanpa disadarinya telah meneteskan airmata.

Thank you,
Pengarang cerita
# RATIAH #

Why Did I Come to Singapore

Clean, beautiful, and amazing. That’s what I saw first when I came to Singapore. Even though I came to be a servant, but I was still happy because I can enjoyed “How Beautiful Singapore is”.
I heard that Singapore is a safe and a rich country. A lot of Indonesian women went to Singapore to be FDW’s, for a better salary and a better future. And the fact is a lot of them came back safely and successed. That’s why I decided to work in Singapore. 25 September 2004, that’s my first day arrived in Singapore. I left Indonesia and my family. In my mind is I must worked hard for my family future.

I worked in a Chinese family. Everything is very new for me. I had to adapted with them. And I must be very patient. Sometime I was very sad when I got scolded. But I was happy when I got my salary. And what they are taught to me about “How to cooked and cleaned the house”, is meaningful for my future. I also learned to spoke English. I happy for it.

Pengalamanku dan Cita-citaku Bila Kembali ke Indonesia

--ditulis oleh Amsiyah asal Cilacap--

Singapura adalah negara kecil tapi kaya. Bukan saja kaya dalam bidang ekonomi, tapi juga budaya. Penduduk asli Singapura terdiri dari Cina, Melayu, India, dan Eropa. Ada juga pendatang dari negara lain. Ditambah dengan tenaga kerja asing dari berbagai negara. Meski begitu, mereka tetap rukun. Budaya antri dan pemerintahan yang benar-benar jujur merupakan contoh yang baik bagi negara lain.

Karena banyaknya suku bangsa itu, maka hadir pula berbagai makanan yang beraneka ragam. Dan boleh dibilang semuanya bagus. Sebut saja roti prata, mie siam, mie laksa, popiah dan banyak lagi makanan lain yang juga istimewa.

Berbicara mengenai makanan, mie siam adalah makanan favorit dari keluarga majikan saya. Anggota majikan saya ada 5 orang. Salah satu diantaranya ada seorang nenek berusia 80 tahun. Namanya Nenek Fong. Dia pandai masak, salah satunya membuat mie siam. Setiap hari raya Cina dia selalu membuatnya untuk keluarga dan juga para tamu yang dating. Mereka suka sekali dan katanya mie siam yang dia bikin lebih enak daripada yang dijual di rumah-rumah makan yang ada di Singapura. Saya rasa juga begitu. Karena saya sering membantunya, saya pun jadi tahu cara membuatnya. Lalu timbul keinginan saya untuk memanfaatkan pengalaman yang saya dapat.

Saya ingin membuka rumah makan mie siam di Indonesia, khususnya di Cilacap. Saya juga ingin mempromosikannya di internet. Jadi, bila ada turis yang dating ke Cilacap, bisa mampir ke rumah makan saya. Tentunya untuk mencapai semua itu saya perlu menambah pengalaman, keahlian, dan modal.

Wednesday, August 02, 2006

A Memorable Experience

--written by Novita Trirahayu @ Tampines--

Sunday morning, I felt really lazy to wake up.

I flopped over in bad and frowned slightly, from somewhere in the house come the sound of running water, I gave up to get back in to my dream then I heard my sir already went in to toilet. He was really toilet king, he could spent more than an hour inside the toilet reading newspaper.

I just don't bother about him, I get back to sleep but I couldn't do that because I have to do my house work.

I looked at my table clock told me it was still before 6, stretching full length, I tried to get up and I opened the curtains, than saw the sunlight. I was glad it was a sunny day.

A person's birthday should be on a sunny day.

I went to take shower and quickly did house work. I have to finish everything before everyone in the family wakes up.

After finished my work I went downstair to check at the letter box, hopefully I would have some letter or maybe birthday card from my family and friends.

I was surprised and disapointed, it was nothing inside the letter box. I thought everybody had forgotten my birthday, with a glum face I went back home empty handed.

It was already late, past 10 o'clock but my sir and madam haven't come back home yet, I brought the children to the badroom then asked them to have early night because tommorow they have school. I was waiting for my employer to come back so I could have a rest in my own room.

Almost 11 o'clock I heared the door opened, that's means my employer already home. After I said good night to them I went to my room, I've just began to lay down my back on to my bad and ready to sleep, suddenly I heared someone knocked on my door and I heared a very gentle voice, I knew that's Clarea's voice she asked me carried her to her room. I came out carried her in my arm and walked slowly to the room. It was dark outside the living room so I tried to switch the light on, after the light was on I saw a birthday cake [manggo cake was my favorite cake] on the dinning table, and everybody were there my sir, madam, Ivan, Cheryl, and Clara who still in my arm. Cheryl ran in to the piano. She stuck a loud chord on the piano and everybody broke a loud chorus of "Happy Birthday", enthusiastic clapping followed the singing.


I put Clara down and stared at the cake. I was too shy to look at them, after blowing out the candle's I still couldn't speak.

This had started out to be such a lonely birthday, but had ended as teh nicest one I could remember.

I thought that nobody remembered my birthday but my employer and the family gave me such a memorable birthday celebration. I only could say thank you and hugged them. When my madam asked me, what was my wish on my birthday? I did not say a word but deep in my heart, I wish GOD would repay their kindness Amin.


Bekerja di Singapura

--ditulis oleh Kuswati S.--

Sekitar 7 tahun lebih aku bekerja di Singapura sebagai penata laksana rumah tangga [PLRT]. Mulai dari tahun 1999 sampai sekarang. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika suatu saat aku akan bekerja di Singapura. Meninggalkan keluarga, saudara dan teman-teman. Meskipun dari pihak keluarga kurang setuju, namun karena keinginanku untuk mencari uang, pengalaman yang lebih luas dan dengan tekad yang mantap akhirnya aku mendapatkan restu juga dari mereka.

Ketika pertama kali datang di Singapura perasaan was-was, takut, kawatir, senang berkecamuk jadi satu. Hal ini disebabkan karena perbedaan latar belakang kita, agama, budaya, bahasa dan sebagainya. Namun lambat laun aku bisa beradaptasi dengan lingkungan dan kehidupan di Singapura.

Aku sangat bersyukur, kedua majikanku menganggapku sebagai bagian dari keluarga mereka. Mereka memberi kesempatan kepadaku untuk melakukan apa yang terbaik. Mereka juga memberi kepercayaan kepadaku untuk mengatur rumah dan menjaga anak-anaknya selama mereka tidak ada di rumah tanpa ada peraturan yang harus dipatuhi. Dengan kepercayaan dan perhatian yang mereka berikan kepadaku inilah yang membuatku merasa tenang dan nyaman tinggal disini seperti dirumah sendiri.

Disamping bekerja sebagai PLRT kedua majikanku memberi kesempatan kepadaku untuk mencari pengalaman diluar dengan mengikuti kursus-kursus yang diadakan oleh organisasi-organisasi yang ada di SIngapura ini.

Daripada waktu luang yang aku punya terbuang sia-sia, lebih baik aku gunakan untuk menimba ilmu. Disamping kursus, pergi ke toko buku atau ke perpustakaan itulah yang terbaik bagiku. Selagi ada waktu dan kesempatan kenapa tidak...??? Bagiku, Singapura bukan hanya tempat untuk bekerja akan tetapi juga sebagai ladang untuk menimba ilmu.

--Wati 06--