Wednesday, August 16, 2006

Cita-citaku Bila Kembali ke Indonesia

oleh Nurul Syamsyiati

Satu tahun lima bulan sudah, aku bekerja di Singapura. Rasanya bagai mimpi, mimpi yang indah, tetapi akhirnya aku terbangun dan menangis. Ini adalah garis yang Tuhan peruntukkan kepadaku. Rasanya bagai mimpi, mimpi yang indah, tetapi akhirnya aku terbangun dan menangis. Ini adalah garis yang Tuhan peruntukkan kepadaku. Rasanya baru kemarin, aku bangun kesiangan dan, sampai ke sekolah pasti disuruh joging keliling lapangan. Tahun 2004 bulan Juni, aku dinyatakan lulus dari SMUN 1 Geger (SMU terbaik di Kab. Madiun, Jawa Timur).

Masih teringat jelas dibenakku, perjuanganku mencoba mengikuti test UMPTN di Semarang. Memang Tuhan berkehendak lain. Akupun mencoba lagi mengikuti test di Universitas Swasta di Semarang. Tuhan masih berkehendak lain, mungkin juga karena orang tua tidak meridhoi. Masuk test di UNMUH Semarang fakultas keperawatan dengan nilai yang diatas rata-rata. aku takut kalau aku jadi kuliah di Semarang orang tua tak mampu membantu. Akhirnya aku putuskan, mungkin aku harus pasrah. Pulang ke Madiun dengan membawa muka yang malu. Suatu ketika seseorang mengantarku kesebuah tempat yang menakutkan. Sekali aku masuk PT penyaluran PJTKI keluar negeri, maju adalah samudra dan mundurpun adalah jurang.

Kuputuskan maju terus, aku tak mau mati konyol kalau mencoba mundur. Berkeinginan pergi ke Hongkong, yaah nasib belum bepihak, peraturan baru keluar. Jadi, tidak ada pilihan, Singapura negara kecil yang katanya indah dan maju. Syukur aku pada Tuhan, diberikan cita-cita yang setinggi langit, hanya itu yang ada dalam benakku saat itu. "Wuaah indah", menakjubkan banyak gedung-gedung tinggi. Maklum dasar orang udik dari desa yang baru menginjak tanah dinegeri kecil yang maju. Pengalaman pertama naik pesawat terbang, aku mungkin orang yang beruntung, dibanding temen-temenku yang lagi pada kuliah. Dengan semua yang terjadi, syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan YME. Seperti keluar dari mimpi buruk, keluar dari PT yang menakutkan.

Duduk aku didepan sebuah kantor agent didalam sebuah mall, setelah seharian berkeliling Singapore, mengikuti "Akung tua" yang sibuk dengan bisnisnya masalah TKW. "Inikah Singapura?" dalam pikiranku saat itu. "Tidak semua orang benar, cerita-cerita yang aku dengar sebelumnya. Kata orang sangat-sangat bersih. Inilah yang jadi pertanyaanku saat ini. Sama saja seperti Jakarta. "Halo Hai ow are you? Say hallo to cece" My employer yang cantik sekali. Kaget setengah mati,"Yes, yes Hallo madam, Hallo sweety what is your name:. Sombong banget aku waktu itu, mencoba kayak pandai bicara Inggris. "Mungkinkah majikanku?" akhirnya aku dipanggil masuk kantor oleh Agent. Mimpi, mimpi disore hari, nasibku berubah 100%. Pergi kemana-mana naik mobil. Perubahan yang cepat dulunya saja masih naik dokar. Sekarang naik bus saja tidak boleh, syukur aku kepada Tuhan. Akhirnya terbangun juga aku dari mimpi, tujuh bulan lagi finish kotakku. Sudah ada tekat yang bulat hanya 2 tahun saja, cukup untukku bekerja di sini. Semoga yang lain berkesempatan seperti aku. Bagi yang masih berjuang untuk bisa pergi ke Singapura.

Malam-malamku adalah renungan-renungan dan doa-doaku. Didalam malam yang gelap dan sunyi, di dalam kamar, aku berdoa pada Tuhan. Berikanlah petunjuk kepadaku Tuhan, untuk menyongsong masa depanku. Banyak hal yang ada dalam benakku. Syukur kepada Tuhan, aku dibeir keinginan bercita-cita setinggi bintang di atas sana. Aku masih berkeinginan melanjutkan study. Sekarang usiaku 21 tahun, jadi sudah lumayan tua, kalau melanjutkan study lagi. Aku tekadkan hatiku untuk berani, tidak ada kata tua dalam menuntut ilmu. Kalau pulang nanti, aku mempunyai cukup waktu untuk mempersiapkan test UMPTN lagi, ditahun 2007 mendatang.

Sejak kecil aku bercita-cita menjadi seorang medis. Berharap bisa menjadi seorng dokter. Aku tak kan pernah menyerah tuk meraih cita-citaku. Mungkin kalau Tuhan menentukan lain, baru aku pasrah. Tapi aku yakin, Tuhan adalah seperti, apa prasangka hambanya. Aku tahu perlu pengorbanan baja, tuk meraih cita-citaku ini.

Menimbang segala hal, kemungkinan yang ada, aku takutkan soal biaya. Dari hasil 2 tahun bekerja di sini, aku tahu belum tentu cukup. Aku terus berdoa, dan merenungi segala segalanya. Syukur Alhamdulillah Tuha, kau berikan kelebihan kepadaku. Mungkin aku mempunyai kemampuan yang berbeda jauh dari kakak-kakakku dan teman-teman sepermainan dirumah. Dulu waktu sekolah seangkatan denganku tidak bisa masuk ke SMU favorite, hanya aku yang bisa. Syukur sejak SD aku selalu mendapatkan beasiswa untuk sekolah.

Aku berniat membuka usaha setelah pulang Singapura. Dalam benakku, kenapa tak kukembangkan bakatku? Aku berniat dengan hasil uang gajiku bekerja di Singapura, yang pas-pasan saja ini, aku akan membuka usaha garment kecil-kecilan alias buka usaha jahit pakaian. Ini adalah dunia yang aku jeburi semenjak SMU, disamping belajar disekolah. Aku usaha sambilan, lumayan ada saja tetanggaku yang menyuruhku buatin pakaian.

Waktu itu lumayan juga buat hasilnya buat tambahan uang sekolah yang semakin meninggi, juga harga buku-bukunya. Syukur sampai saat ini aku bisa lulus dari SMU. Karena hanya pas-pasan saja dan aku masih belum memikir segalanya dengan matang, bodoh aku waktu itu tanpa pikir panjang, begitulah jadinya. Tapi aku tak akan menyesali belarut-larut segala yang telah terjadi.


Bekerja di Singapura memaksaku untuk dewasa secara tiba-tiba. Aku tahu orang tuaku hanya seorang petani yang belum mempunyai sawah, bapak sambilan sebagai pekerja bawahan di sebuah pabrik gula dekat rumahku, yang kerja hanya kalau pabrik lagi poduksi, sekitar 4 bulan dalam satu tahun. Mamak hanya seorang pedagang kecil-kecilan di pasar. Aku terus berpikir, jangan membebani orang tua terus. Aku terus merenungi nasibku, akankah aku akan terus begini? Hatiku berontak "tidak! cepat pulang ke desa dan keluarga juga negara membutuhkanku."

Selain buka usaha jahitan pakaian, aku punya banyak keinginan, yang ingin aku wujudkan setelah pulang. Aku ingin membuka sebuah toko, yaitu toko yangmenjual bunga. Aku akan membuka usaha bersama kakakku yang ke-dua. Aku akan mengajaknya dan mengajarinya semua hal.

Kasihan, kakakku no. 2, orang selalu bilang keterbelakangan mental, sebenarnya bukan begitu. Aku akan tunjukkan kesemua orang bahwa kakakku tak seperti yang mereka sangka, hanya sedikit kurang pandai. Kalau belajar pasti bisa, aku yakin akan hal itu. Aku bertekad untuk mengajarinya semua hal yang aku bisa. Semoga Tuhan mendengar doaku, aku bisa meraih cita-citaku.

7 comments:

Unknown said...

Ceritanya cukup bagus, menarik, semoga cita-citanya tercapai...

Kenapa tidak megirim karangan ini ke salah satu majalah di Indonesia, siapa tahu ada yang berminat ?

Anonymous said...

coba aja utk kuliah di singapura, gak susah utk dpt tuition loan. apalagi nursing demand-nya tinggi, tapi orang sg ga mau.

rani
www.indrani.net

Ainun Najib said...

Doa saya teriring untuk anda mbak... semoga dikabulkan cita-citanya, di izinkanNya untuk menimba ilmu nan mulia...

Anonymous said...

Sedikit orang punya cita-cita sepertimu. Yakni mandiri. Banyak yang uangnya habis dalam jangka waktu beberapa bulan dan terpaksa karena masalah ekonomi mereka kerja lagi ke Singapura. Sepertinya perlu ada pendidikan managemen keuangan secara informal bagi para sahabat kita yang bekerja keluar negeri agar dapat mengelola uang mereka terutama setelah di Indonesia. Bagaimana usulku ini?

Vitri (salam kenal)

Anonymous said...

maaf, link-nya dibetulkan dulu. yang di bawah ini semoga bener. vitri

Anonymous said...

met malem..saya juga alumni SMU negeri 1 geger madiun. Kita memang tahu bahwa SMU kita adalah yang terbaik. Tuhan juga sudah memberikan takdir yang terbaik bagi kita. Semua sudah menjadi skenario tuhan. Aku alumni tahun 2003, aku juga tidak menyangka nasibku sperti ini. Tuhan mengijinkan aku untuk bisa kuliah di sebuah sekolah kedinasan untuk rehabilitasi fisik. yang membutuhkan biaya yang cukup murah. aku bisa kuliah karena aku jualan cabe, tomat, dan mentimun. untuk aku kumpulkan jauh2 hari supaya bisa kuliah. dan puji tuhan aku sekarang bekerja di sebuah rumah sakit di bandung, serta praktek klinik di sebuah klinik rehabilitasi medik. aku tahu bagaimana rasanya, memang berat.tapi tuhan punya suatu rencana yang besar untukm u. tetap semangat, jangan sampai menyerah!!
Tuhan memberkatimu....amin...

atha lakuary said...

terharu,,
mba sangat mandiri sekali,,
walaupun aku kuliah hidup kost,
aku lum brani jauh dari orangtua,,

tapi waktu mba di singapura,
mba sering ga memperkenlkan budaya indonesia..

Semangat mba !!

teruskanlah pendidikan,, karena belajar tak mengenal usia..