"Di mana bumi dipijak, di situlah lagit dijunjung,"
inilah bunyi peribahasa yang harus kita pegang jika
kita ingn lebih mudah untuk beradaptasi dengan sebuah
lingkungan dimana kita bekerja. Sebagai PLRT, memang
terkadang tidak mudah untuk mengamalkan bunyi
peribahasa ini di dalam sebuah tempat dimana kita
bekerja, apalah lagi jika kita menemui
perbedahan-perbedaan gaya hidup dan budaya hidup yang
begitu mencolok antara keluarga majikan dan diri kita
sendiri (yang berasal dari Indonesia).
Singapura adalah negara majemuk yang memiliki beraneka
ragam budaya, kepercayaan, ras dan juga bahasa yang
dianut dan dimiliki oleh para penduduknya, maka karena
hal ini lahirlah pola hidup yang berbeda-beda pula
yang diamalkan tiap-tiap keluarga, lebih-lebih lagi
bagi keluarga yang menggajikan PLRT, khususnya PLRT
dari Indonesia.
Perlu di ingat! Singapura adalah sebuah negara yang
memiliki bermacam-macam ras, antara lain: China,
Melayu, India, Eurasia dan ras-ras lain (yang
jumlahnya terlalu kecil untuk saya sebutkan satu
persatu). Di samping beraneka macam ras, Singapura
juga memiliki beraneka ragam bahasa dan dialeq, antara
lain: Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Melayu,
Bahasa Tamil dan Bahasa Hindi-- juga Dialeq Hokkian,
Kantonese dan Teo Chew.
Untuk mempersatukan perbedaan bahasa yang ada ini,
maka Bahasa Ingris dijadikan bahasa pemersatu yang
fungsinya adalah sama dengan 'Bahasa Indonesia' yang
di gunakan di Indonesia.
Tak heran, kita PLRT Indonesia dituntut untuk bisa
mengusai Bahasa Inggris jika diri kita bekerja di
Singapura, karena tujuan utamannya adalah untuk
mempermudah diri kita sendiri di dalam melakukan tugas
seharian kita.
Kebanyakan teman PLRT Indonesia yang menemui kegagalan
di dalam menjalankan tugasnya disini adalah karena
kurang begitu memahami arti dari peribahasa diatas,
maka akibatnya diantara kita harus berdepan dengan
berbagai masalah, dari masalah yang terlalu kecil
hingga masalah yang begitu besar.
Memahami gaya hidup yang dianut setiap majikan adalah
sangat penting bagi setiap PLRT yang di gaji majikan
tersebut, karena hal ini bisa menghindari kesalah
fahaman diantara kedua belah pihak.
Faktor yang lebih penting untuk mempermudah kita
beradabtasi di lingkungan yang bisa di sebut 'baru'
adalah 'kesabaran', karena tiada gunanya jika kita
bisa memahami pola hidup majikan, tetapi kesabaran itu
sangat sedikit jumlahnya atau tidak ada sama sekali--
pasti, jika sampai hal ini terjadi, konflik diantara
kedua belah pihak tidak dapat di hindari lagi.
Terkadang diantara kita sering bertanya-tanya sesama
sendiri, "kenapa teman yang satu majikannya begitu?
kenapa teman yang satunya lagi majikannya begini?"
apapun jawaban yang di berikan, jawaban itu haruslah
diresapi terlebih dahulu dan diteliti, agar nantinya
tidak merumitkan kita sendiri di dalam menerjemahkan
'peribahasa' tersebut di lingkungan tempat kerja kita.
P.S : Mbak Hany dan Mbak Lia....ini saya Muzali mau
ngirim karangan esey untuk lomba ngarang HUT
Kemerdekaan RI pada tahun ini.
Terimakasih
Salam,
Muzalimah Suradi